Tentang Motor Diesel (saya copy dari bab 2 Tugas Akhir saya saat kuliah)
|
BAB II
DASAR
TEORI
2.1 Pendahuluan
Motor
diesel adalah motor bakar torak yang berbeda dengan motor bensin dan proses
penyalaanya bukan dengan loncatan bunga api listrik. Pada langkah isap hanyalah
udara segar saja yang masuk ke dalam silinder. Pada waktu torak hampir mencapai
TMA bahan bakar disemprotkan ke dalam silinder. Maka terjadilah penyalaan untuk
pembakaran, pada saat udara di dalam silinder bertemperatur tinggi.
Persyaratan
ini dapat dipenuhi apabila digunakan perbandingan kompresi yang cukup tinggi yaitu
berkisar antara 12 sampai 25. Perbandingan kompresi yang rendah pada umumnya
digunakan pada motor diesel berukuran besar dan dengan putaran yang rendah.
Perbandingan kompresi yang tinggi banyak dipakai pada motor diesel berukuran
kecil dengan putaran tinggi (± 4000 rpm). Perancang cenderung mempergunakan
perbandingan kompresi yang serendah-rendahnya berdasarkan pertimbangan kekuatan
material serta berat mesinnya. Oleh karena itu, pada umumnya motor diesel
bekerja dengan perbandingan kompresi antara 14 dan 17.
2.2 Sistem Bahan Bakar
Beberapa sistem
penyaluran bahan bakar dari tangki bahan bakar sampai masuk ke dalam silinder
yang banyak dipergunakan pada motor diesel adalah :
a.
Sistem pompa pribadi
b.
Sistem distribusi
c.
Sistem akumulator

Ketiga sistem
ini mempergunakan beberapa komponen yang sama yaitu tangki, beberapa saringan,
dan pompa (tekanan rendah) penyalur. Saringan bahan bakar sangat diperlukan
untuk mencegah masuknya kotoran ke dalam pompa penyalur, pompa tekanan tinggi
dan penyemprot bahan bakar. Pompa penyalur mengalirkan bahan bakar dari tangki
ke pompa tekanan tinggi agar pompa tekanan tinggi selalu terisi bahan bakar
dalam segala keadaan operasinya. Tekanan alirannya harus selalu lebih tinggi daripada
tekanan atmosfer sekitarnya, terutama untuk mencegah masuknya udara kedalam
saluran bahan bakar apabila terjadi kebocoran.
Ketiga sistem
bahan bakar tersebut menggunakan pompa tekanan tinggi, tetapi terdapat
perbedaaan dalam jumlah atau fungsinya. Sistem pompa pribadi menggunakan satu
pompa tekanan tinggi untuk setiap silindernya. Jadi, setiap penyemprot dilayani
oleh satu pompa tekanan tinggi. Pompa ini adalah pompa plunyer yang dilengkapi
dengan pengatur kapasitas. Daya yang diperlukan untuk menggerakkan pompa
diambil dari daya yang dihasilkan oleh mesin itu sendiri. Sistem distribusi dan
akumulator, masing-masing hanya menggunakan satu pompa tekanan tinggi untuk
melayani semua penyemprot yang ada di setiap silinder. Pada sistem distribusi
pompa tersebut mengalirkan bahan bakar bertekanan tinggi ke dalam distributor.
Distributor adalah alat untuk membagi bahan bakar ke dalam setiap penyemprot
sesuai dengan urutan yang telah ditentukan.
Pada sistem
akumulator, pompa itu mengalirkan bahan bakar masuk ke dalam sebuah akumulator
yang dilengkapi dengan katup pengatur tekanan sehingga tekanan bahan bakar di
dalam akumulator dapat konstan. Apabila tekanan tersebut lebih besar daripada
yang ditentukan, katup pengatur akan terbuka dan bahan bakar akan mengalir
kembali ke dalam pipa isap dari pompa tekanan tinggi. Dari akumulator bahan
bakar mengalir ke dalam alat pengatur kapasitas, baru kemudian ke penyemprot
lalu masuk ke dalam silinder, sesuai dengan urutan yang telah ditentukan.
Sudah
barang tentu ketiga sistem bahan bakar tersebut memiliki faktor untung rugi dan
ciri khas. Beberapa pertimbangan pemilihannya adalah kesederhanaan konstruksi
dan peralatan, keterandalan, kondisi operasi, umur, perawatan dan harga. Sistem
pompa pribadi merupakan sistem yang kompak. Akan tetapi, harganya relatif mahal
oleh karena menggunakan satu pompa untuk setiap silinder dan semua pompa harus
bekerja dalam susunan yang serasi. Untuk menekan harga yang tinggi itu
diciptakan sistem distribusi yang hanya menggunakan satu pompa, lengkap dengan
alat pengatur kapasitas. Akan tetapi kerja pompa akan menjadi lebih berat,
terutama apabila harus melayani jumlah silinder yang banyak. Pada kedua sistem
ini tekanan dan kapasitas penyemprotan bahan bakar berubah-ubah sesuai dengan
kecepatan putar poros mesin, karena pompa tersebut digerakkan oleh mesin
melalui sistem roda gigi.
Jadi,
berbeda dengan sistem akumulator yang tekanan penyemprotannya konstan (tidak
bergantung pada kecepatan putar poros pompa). Pada sistem ini pengaturan
kapasitas dilakukan oleh alat tersendiri sehingga sistem akumulator tidak
memerlukan ketelitian pembuatan yang terlalu tinggi. Namun demikian, sistem
akumulator memerlukan konstruksi penyemprot yang baik sehingga ke dalam setiap
silinder dapat dimasukkan jumlah bahan bakar yang sama banyaknya. Sistem
akumulator biasanya digunakan pada motor diesel yang berukuran besar dengan
kecepatan rendah.
Motor
diesel memerlukan suatu alat penting yang dinamakan governor, terutama untuk mesin stasioner. Governor adalah suatu alat untuk mengatur putaran mesin supaya
tetap konstan meskipun bebannya berubah-ubah. Dalam melaksanakan tugasnya governor menggerakkan batang pengatur
kapasitas. Apabila putaran mesin naik karena beban berkurang, jumlah bahan
bakar yang dimasukkan ke dalam silinder harus dikurangi supaya putaran mesin
dapat kembali pada keadaan semula.
2.3 Penyemprotan Bahan Bakar
Penyemprotan
bahan bakar ke dalam silinder dilaksanakan dengan menggunakan sebuah alat yang
dinamakan penyemprot bahan bakar/nosel (nozzle). Dapat dikatakan fungsi penyemprot
bahan bakar adalah :
a. Memasukkan bahan bakar ke dalam silinder
sesuai dengan kebutuhan.
b. Mengabutkan bahan bakar sesuai dengan
derajat pengabutan yang diminta.
c. Mendistribusikan bahan bakar untuk memperoleh
pembakaran yang sempurna dalam waktu yang ditetapkan.
Tekanan
udara di dalam silinder sangat tinggi (35–50 atm) ketika bahan bakar disemprotkan.
Dengan sendirinya tekanan penyemprotan haruslah lebih tinggi dari tekanan udara
tersebut. Kelebihan tekanan itu juga diperlukan untuk memperoleh kecepatan
penyempotan (kecepatan bahan bakar keluar dari penyemprot) tertentu, yaitu
sesuai dengan derajat pengabutan yang diinginkan. Makin besar kecepatan
penyemprotan makin tinggi derajat pengabutannya. Kecepatan tersebut dapat
mencapai 400 m/detik dengan tekanan penyemprotan 70–1000 kg/cm2.
Dengan
sendirinya konstruksi dan harga sistem penyemprotan bertambah mahal, sesuai
dengan tekanan penyemprotan yang diinginkan. Ada beberapa macam nozzle, dua diantaranya yang banyak
digunakan pada motor diesel modern adalah nozzle
katup jarum dan nozzle pasak
seperti pada gambar di bawah.
|
|

Gambar 2.2 Penyemprot bahan bakar
Kedua jenis
nosel (nozzle) ini berbeda bentuk
ujung katupnya. Kabut bahan
bakar yang keluar dari nosel katup jarum berbentuk kerucut sedangkan dari nosel
pasak berbentuk selubung kerucut. Nosel katup jarum dapat berlubang satu atau
lebih, berdiameter sangat kecil kira-kira 0,25 mm atau lebih sedikit. Diameter
lubang nosel pasak bisa sampai 3 mm.
Boleh dikatakan, nosel katup jarum pada umumnya digunakan pada motor diesel
dengan ruang terbuka sedangkan nosel pasak banyak digunakan pada motor diesel
dengan ruang bakar kamar muka.
Tekanan
penyemprotan dihasilkan oleh pompa bahan bakar tekanan tinggi. Melalui pipa
tekanan tinggi yang berdiameter antara 1,5–4 mm (bergantung pada jumlah bahan
bakar yang harus disemprotkan) bahan bakar mengalir ke penyemprot dan akhirnya
masuk ke ruang tekan di dalam nosel. Di dalam nosel, katup menutup lubang nosel
karena adanya gaya pegas yang besarnya dapat diatur sesuai dengan tekanan
penyemprotan yang dikehendaki. Apabila gaya bahan bakar yang ada di dalam ruang
tekan tersebut lebih besar dari pada gaya pegas, katup nosel akan terangkat
sehingga lubang nosel terbuka. Dengan kecepatan tinggi mengalirlah bahan bakar
ke dalam silinder melalui lubang nosel. Jadi, bahan bakar barulah dapat masuk
ke dalam ruang bakar apabila tekanannya cukup besar untuk melawan gaya pegas
yang menekan katup nosel tersebut.
2.4 Pompa Bahan Bakar Tekanan Tinggi
Fungsi
pompa bahan bakar adalah memasukkan bahan bakar ke dalam ruang bakar pada saat
yang telah ditetapkan dalam jumlah sesuai dengan daya yang harus dihasilkan.
|

Gambar 2.3 Pompa bahan bakar tekanan
tinggi
Pada gambar
di atas, dapat dilihat penampang sebuah pompa tekanan tinggi. Di dalam silinder
terdapat sebuah plunyer yang digerakkan (translasi) oleh poros (cam) dari pompa tersebut. Plunyer
merupakan sebuah batang yang sebagian kulitnya terkelupas membentuk jalur seperti
terlihat pada gambar di atas. Pada dinding silindernya terdapat lubang isap
sedangkan pada kepala silinder terdapat katup yang akan terbuka apabila tekanan
di dalam silinder telah mencapai harga tertentu. Lubang isap akan terbuka dan
tertutup oleh batang plunyer.
Jadi, suatu
proses penekanan akan terjadi hubungan antara ruang di sebelah atas plunyer dan
ruang isap ada dalam tertutup. Kapasitas pompa diatur dengan jalan mengubah
(memutar) posisi plunyer terhadap lubang isap, yaitu mengatur posisi saluran
pada plunyer terhadap lubang isap. Jadi, panjang langkah plunyer adalah konstan.
Dengan jalan memutar plunyer, kita mengatur saat berakhirnya langkah tekan.
Pada kapasitas nol ruang sebelah atas plunyer selalu berhubungan dengan ruang
isap. Sedangkan saat penyemprotan bahan bakar dapat diatur dengan mengubah posisi
poros (cam) pompa relatif terhadap
poros engkol.

Gambar 2.4 Posisi plunyer sesuai dengan
kapasitasnya
2.5 Proses Pembakaran dan Bahan Bakar
Proses
pembakaran adalah suatu reaksi kimia cepat antara bahan bakar (hidrokarbon)
dengan oksigen dari udara. Proses pembakaran ini tidak terjadi sekaligus tetapi
memerlukan waktu dan terjadi dalam beberapa tahap.
Di samping itu penyemprotan
bahan bakar juga tidak dapat dilakukan sekaligus tetapi berlangsung antara 30–40
derajat sudut engkol.

Gambar 2.5 Grafik tekanan versus sudut engkol
Pada gambar
di atas dapat dilihat tekanan udara akan naik selama langkah kompresi
berlangsung. Beberapa derajat sebelum torak mencapai TMA bahan bakar mulai
disemprotkan. Bahan bakar akan segera menguap dan bercampur dengan udara yang
sudah bertemperatur tinggi. Oleh karena itu temperaturnya sudah melebihi
temperatur penyalaan bahan bakar, bahan bakar akan terbakar sendiri dengan
cepat. Waktu yang diperlukan antara saat bahan bakar mulai disemprotkan dengan
saat mulai terjadinya pembakaran dinamai periode
persiapan pembakaran (1).
Waktu
persiapkan pembakaran beragantung pada beberapa faktor, antara lain pada
tekanan dan temperatur udara pada saat bahan bakar mulai disemprotkan, gerakan
udara dan bahan bakar, jenis dan derajat pengabutan bahan bakar, serta
perbandingan bahan bakar dan udara. Jumlah bahan bakar yang disemprotkan selama
periode persiapan pembakaran tidaklah merupakan faktor yang terlalu menentukan
waktu persiapan pembakaran.
Sesudah
melampaui periode persiapan pembakaran, bahan bakar akan terbakar dengan cepat.
Hal tersebut dapat dilihat pada gambar di atas sebagai garis lurus yang
menanjak, karena proses pembakaran tersebut terjadi dalam suatu proses
pengecilan volume (selama torak masih bergerak menuju TMA). Sampai torak
bergerak kembali beberapa derajat sudut engkol sesudah TMA, tekanannya masih
bertambah besar tetapi laju kenaikan tekanannya berkurang. Hal ini disebabkan
karena kenaikan tekanan yang seharusnya terjadi dikompensasi oleh bertambah
besarnya volume ruang bakar sebagai akibat bergeraknya torak dari TMA ke TMB.
Periode
pembakaran, ketika terjadi kenaikan tekanan yang berlangsung dengan cepat
(garis tekanan yang curam dan lurus, garis BC pada gambar di atas) dinamai periode pembakaran cepat (2). Periode pembakaran
ketika masih terjadi kenaikan tekanan sampai melewati tekanan yang maksimum
dalam tahap berikutnya (garis CD), dinamai periode
pembakaran terkendali (3).
Dalam hal
terakhir ini jumlah bahan bakar yang masuk ke dalam silinder sudah mulai berkurang,
bahkan mungkin sudah dihentikan. Selanjutnya dalam periode pembakaran lanjutan (4) terjadi proses penyempurnaan
pembakaran dari bahan bakar yang belum sempat terbakar.
Laju
kenaikan tekanan yang selalu tinggi tidaklah dikehendaki karena dapat menyebabkan
beberapa kerusakan. Maka haruslah agar periode persiapan pembakaran terjadi
sesingkat-singkatnya sehingga belum teralalu banyak bahan bakar yang siap untuk
terbakar selama waktu persiapan pembakaran. Dipandang dari segi kekuatan mesin,
di samping laju kenaikan tekanan pembakaran itu, perlu pula diperhatikan
tekanan gas maksimum yang diperoleh. Supaya diperoleh efisiensi yang
setinggi-tingginya, pada umumnya diusahakan agar tekanan gas maksimum terjadi
pada saat torak berada di antara 25–20 derajat sudut engkol sebelum TMA. Hal
tersebut dapat dilaksanakan dengan jalan mengatur saat penyemprotan yang tepat.
Saat
penyemprotan bahan bakar yang optimum bergantung kepada cara pembentukan
campuran serta kecepatan dan beban mesin yang bersangkutan. Untuk setiap mesin
saat penyemprotan tersebut ditentukan berdasarkan hasil pengujian. Untuk motor
diesel dengan ruang bakar terbuka saat penyemprotan yang optimum berkisar di
sekitar 18 derajat sudut engkol sebelum TMA. Sebenarnya tekanan maksimum juga
ditentukan oleh laju kenaikan takanan yang terjadi selama periode pembakaran
cepat. Karena itu segenap usaha haruslah ditujukan untuk mempersingkat periode
persiapan pembakaran, antara lain dengan cara sebagai berikut :
a. Menggunakan perbandingan kompresi yang
tinggi.
b. Memperbesar tekanan dan temperatur yang
masuk.
c. Memperbesar volume silinder sedemikian
rupa sehinggga dapat memperoleh perbandingan luas dinding terhadap volume yang
sekecil-kecilnya untuk mengurangi kerugian panas.
d. Menyemprotkan bahan bakar pada saat yang
tepat dan mengatur pemasukan jumlah bahan bakar yang sesuai dengan kondisi
pembakaran.
e. Menggunakan jenis bahan bakar yang
sebaik-baiknya.
f. Mengusahakan adanya gerakan udara yang
turbulen untuk menyempurnakan proses pencampuran bahan bakar dengan udara.
g. Menggunakan jumlah udara untuk memperbasar
kemungkinan bertemunya bahan bakar dengan oksigen dari udara.
Hal
tersebut terakhir merupakan persyaratan mutlak bagi motor diesel karena proses
pencampuran bahan bakar dan udara hanya terjadi dalam waktu yang sangat singkat.
Jadi, berlainan dengan motor bensin dimana bahan bakar telah mulai tercampur
dengan udara sejak dalam karburator. Oleh karena itu, kecepatan motor diesel belum
dapat menyamai kecepatan motor bensin.
2.6 Ruang Bakar
Untuk memperoleh proses pembakaran yang
sebaik-baiknya, di samping menyederhanakan sistem bahan bakar, konstruksi ruang
bakar juga perlu disempurnakan. Beberapa jenis ruang bakar yang banyak digunakan motor diesel antara lain :
a. Ruang bakar terbuka
b. Ruang bakar kamar muka
c. Ruang bakar turbulen
d. Ruang bakar lanova
Sudah
barang tentu keempat jenis ruang bakar tersebut merupakan beberapa alternatif
yang pemilihannya bergantung pada kecenderungan perancang untuk menonjolkan
beberapa aspek, dengan harapan dapat diperoleh hasil yang sebaik-baiknya.
a.
Ruang Bakar Terbuka
Konstruksi
ruang bakar terbuka termasuk paling sederhana. Meskipun demikian, tugas penyemprot
bahan bakar sangatlah berat yaitu disamping mengabutkan, harus juga
mendistribusikan bahan bakar untuk memperoleh campuran bahan bakar-udara yang
merata. Partikel bahan bakar harus dapat
menerobos lapisan udara yang padat sampai mencapai bagian yang terjauh dari
penyemprot. Akan tetapi jangan sampai menyentuh dinding silinder karena bahan
bakar dapat merusak lapisan minyak pelumas. Hal terakhir ini dapat dicegah
dengan jalan membuat tepi kepala torak yang tinggi. Mengingat akan kondisi
ruang bakar tersebut, haruslah dipergunakan penyemprot yang tinggi, yaitu
antara 180–300 kg/cm2, bahkan kadang-kadang sampai 1500–2000 kg/cm2
untuk unit yang besar.
Ruang bakar
terbuka tidak dapat menjamin pembatasan jumlah campuran bahan bakar dan udara
yang telah ada di dalam silinder selama periode persiapan pembakaran, atau
usaha lain untuk memperpendek waktu persiapan pembakaran. Karena itu ruang
bakar terbuka lebih cocok untuk motor diesel kecepatan rendah. Motor diesel
ruang bakar terbuka merupakan motor diesel yang paling ekonomis dipandang dari
penggunaan bahan bakar. Pemakaian bahan bakar spesifiknya berkisar antara 150–185
g/PS jam. Prestasinya sangat tergantung pada kondisi penyemprot yang digunakan.
|

Gambar 2.6 Ruang bakar terbuka
b.
Ruang Bakar Kamar Muka
Ruang bakar
kamar muka terdiri atas dua bagian yaitu kamar muka dan ruang bakar utama.
Kamar muka adalah ruang kecil di sebelah ruang bakar utama. Bervolume 30–40%
dari volume sisa dan di dalamnya ditempatkan penyemprot bahan bakar. Kedua
ruangan tersebut dipisahkan oleh satu atau beberapa saluran sempit.
Menjelang
akhir langkah kompresi (±25–35) derajat engkol sebelum torak mencapai TMA)
bahan bakar mulai disemprotkan ke dalam kamar muka. Sudah barang tentu tak
dapat diharapkan terjadi pembakaran sempurna karena jumlah udara di dalam kamar
muka itu terbatas. Namun demikian, kenaikan tekanan yang terjadi cukup besar
sehingga terdapat perbedaan tekanan yang besar pula antara kamar muka dengan
ruang bakar utama. Akibatnya, bahan bakar menyembur ke dalam ruang bakar utama dengan kecepatan tinggi,
bersama-sama dengan bahan bakar yang belum terbakar sempurna dan gas pembakaran
yang bertamperatur tinggi. Proses ini merupakan proses pengabutan kedua, bahan
bakar cepat bercampur dengan udara di dalam ruang bakar utama dan segera terbakar. Setelah
proses pembakaran itu berlangsung, akhirnya tekanan ruang bakar itu menjadi
sama basarnya. Dari keterangan di atas jelaslah ruang bakar kamar muka tidak
memerlukan penyemprot tekanan tinggi.
Penyemprot
yang digunakan adalah jenis nosel pasak dengan tekanan penyemprotan antara 85–140
kg/cm2. Hal ini sangat menguntungkan karena harga sistem bahan bakar
menjadi lebih murah disamping dapat menggunakan bahan bakar dengan viskositas
yang lebih tinggi. Perbandingan kompresi yang biasa digunakan berkisar antara
16–17, tetapi dapat dibuat lebih tinggi agar supaya jangan peka terhadap
kualitas bahan bakar yang digunakan.
Dibandingkan
dengan motor diesel dengan ruang bakar terbuka, pemakaian bahan bakar spesifik
dari motor diesel dengan ruang bakar kamar muka kira-kira 15% lebih tinggi,
yaitu diantara 190–220 g/PS jam. Hal ini disebabkan oleh luas permukaan
pendingin yang lebih besar sehingga kerugian kalornya lebih besar pula. Di samping
itu terjadi kerugian energi karena sebagian diperlukan untuk memasukkan udara
ke dalam kamar muka dan karena adanya kelambatan proses pembakaran.
Kerugian
panas pada saat menghidupkan (start)
mesin dalam keadaan dingin merupakan gejala yang tidak diinginkan. Dalam
keadaan dingin kadang-kadang mesin sukar dijalankan karena besarnya perpindahan
kalor dari udara dari dinding ruang bakar (terutama kamar muka) yang relatif
masih dingin sekali sehingga udara tidak dapat menyalakan bahan bakar. Hal ini
dapat diatasi dengan jalan memanaskan kamar muka terlebih dahulu sebelum mesin
di-start, yaitu dengan menggunakan
alat pemanas khusus. Apabila mesin sudah bekerja beberapa saat,
berangsur-angsur dinding kamar muka menjadi panas dan proses pembakaran akan
berlangsung lebih baik. Laju kenaikan tekanan dalam periode pembakaran cepat
berkisar antara 2-3,5 (kg/cm2/derajat sudut engkol).
|

Gambar 2.7 Ruang bakar kamar muka
c.
Ruang Bakar Turbulen
Seperti
konstruksi ruang bakar kamar muka, ruang bakar ini juga dibagi dua bagian
tetapi kamar turbulen bervolume antara 80–90% dari volume sisa. Di samping itu
kedua ruang bakar tersebut dihubungkan oleh suatu saluran yang berpenampang
lebih luas. Pada langkah kompresi, udara dipaksa masuk ke dalam ruang turbulen
sehingga terjadi gerak udara berputar-putar.
Sudah
barang tentu udara itu akan berputar makin kencang jika kecepatan torak
mendorong udara tersebut masuk ke dalam kamar turbulen bertambah besar. Bahan
bakar disemprotkan ke dalam arus udara yang berputar di dalam kamar turbulen.
Putaran udara itu turut membantu proses pengabutan bahan bakar dan
pencampurannya dengan udara. Oleh karena itu motor diesel dengan ruang bakar
turbulen tidak memerlukan penyemprot tekanan tinggi. Seperti motor diesel
dengan ruang bakar kamar muka, motor diesel dengan ruang bakar turbulen
menggunakan penyemprot jenis nosel pasak dengan tekanan penyemprot antara
85–140 kg/cm2. Motor diesel dengan ruang bakar turbulen juga
memerlukan alat pemanas ruang turbulen. Sesudah mesin bekerja dengan baik alat
pemanas tidak diperlukan lagi.
Semakin
tinggi temperatur dinding kamar turbulen makin cepat pula periode persiapan
pembakaran. Karena itu dalam periode pembakaran cepat dapatlah dicegah
terjadinya laju kenaikan tekanan yang terlalu tinggi. Di samping itu, udara
yang berputar kencang itupun akan menyebabkan makin singkatnya periode
pembakararn terkendali. Maka ruang bakar turbulen sangat baik untuk motor
diesel kecepatan tinggi. Tekanan maksimumnya berkisar antara 60-70 kg/cm2.
Laju kenaikan tekanan dalam periode pembakaran cepat berkisar diantara 2,5–4
kg/cm2/derajat sudut engkol. Pemakaian bahan bakar spesifiknya
mendekati motor diesel dengan ruang bakar terbuka, yaitu 185–210 kg/PS jam.
|

Gambar 2.8 Ruang bakar turbulen
d.
Ruang Bakar Lanova
Prinsip
kerja motor diesel dengan ruang bakar lanova mirip dengan prinsip kerja ruang
bakar kamar muka. Dari segi konstruksi, perbedaan utamanya terletak pada posisi
penyemprot terhadap ruang lanova, yaitu tidak di dalam ruang tersebut tetapi di
sebelah luarnya. Penyemprot dari ruang lanova terletak berhadapan dengan lubang
ruang lanova pada jarak tertentu. Kira-kira 60% dari bahan bakar yang
disemprotkan masuk ke dalam ruang lanova yang bervolume kurang lebih 10% dari volume sisa. Ruang lanova sendiri
terbagi atas dua bagian, yaitu ruang lanova besar dan kecil. Proses penyalaan
pertama terjadi di dalam ruang bakar utama. Sementara penyemprotan bahan bakar
masih berlangsung, terjadilah pembakaran di dalam ruang lanova kecil. Kenaikan
tekanan yang terjadi karenanya menyebabkan bahan bakar yang belum terbakar
sempurna itu tersembur keluar dari penyemprot. Maka terjadilah proses pencampuran
yang lebih efektif karena ruang bakar utama dibentuk demikian rupa sehingga
dapat menyebabkan arus berputar.
Pada waktu
torak mulai turun dari TMA menuju TMB, terjadilah perbedaan tekanan yang cukup
besar antara ruang lanova dan ruang bakar utama. Karena itu proses penyemburan
gas dan bahan bakar dari ruang lanova ke dalam ruang bakar utama berlangsung
dalam kecepatan lebih tinggi. Dengan
demikian diharapkan terjadi proses pembakaran yang lebih halus. Penyemprotnya
menggunakan nosel pasak dengan tekanan penyemprotan disekitar 125-130 kg/cm2
dan sudut pancaran yang lebih kecil.
Jika
dibandingkan dengan ruang bakar kamar muka, ruang bakar lanova lebih hemat. Di
samping itu dapat digunakan perbandingan kompresi yang relatif lebih rendah (±13–15)
sehinggga tidak diperlukan momen putar start
yang lebih tinggi. Akan tetapi haruslah diingat 60% dari bahan bakar yang
disemprotkan harus dapat masuk ke dalam ruang lanova. Penggunaan ruang lanova
sangat menguntungkan terutama pada motor diesel yang harus dapat bekerja pada
bermacam-macam kecepatan, termasuk kecepatan tinggi.
Diantara
keempat jenis ruang bakar itu motor diesel dengan ruang bakar terbuka adalah
yang paling hemat, apabila dilihat dari segi pemakaian bahan bakarnya. Akan
tetapi dari segi kehalusan pembakaran motor diesel ini termasuk yang paling
kasar. Laju kenaikan tekanan dalam periode pembakaran cepat berkisar antara
2,4-12 kg/cm2/derajat sudut
engkol, sedangkan tekanan gas maksimum dapat mencapai 120–160 kg/cm2.

|

2.7
Supercharger
Sebuah
motor 4-langkah yang bekerja dengan supercharger
tekanan isapnya lebih tinggi daripada tekanan udara atmosfer sekitarnya. Hal
ini diperoleh dengan jalan memaksa udara atmosfer masuk ke dalam silinder
selama langkah isap, dengan pompa udara yang biasa dinamai supercharger. Supercharger
digerakkan dengan daya yang dihasilkan oleh mesin itu sendiri atau dengan jalan memanfaatkan energi gas
buang untuk menggerakkan turbin gas yang menggerakkan supercharger. Supercharger
yang digerakkan oleh turbin gas buang dinamakan turbo-supercharger.
Dengan supercharger udara atau campuran
bahan bakar-udara segar yang biasa dimasukkan lebih besar daripada dengan
proses pengisapan oleh torak pada waktu langkah isap. Tekanan
udara masuk silinder berkisar antara 1,2–2,2 kg/cm2.

Gambar 2.10 Sebuah turbo-supercharger dengan katup udara
dan katup gas buang
dalam keadaan tertutup

Gambar 2.11 Diagram aliran udara dan gas
buang pada motor torak
dengan turbo-supercharger
Tujuan
utama penggunaan supercharger adalah
memperbesar daya motor (±30–80%) mesinpun menjadi lebih kompak lagi pula
ringan. Boleh dikatakan motor diesel dengan supercharger
dapat bekerja lebih efisien, pemakaian bahan bakar spesifiknya lebih rendah (5–15%).
Khususnya pada unit besar, dengan supercharger
sangat menguntungkan karena biasanya lebih murah harganya.
Pada motor
diesel, supercharger dapat
mempersingkat periode persiapan pembakaran sehingga karakteristik pada
pembakaran menjadi lebih baik. Di samping itu terbuka kemungkinan untuk
menggunakan bahan bakar dengan bilangan setana yang lebih rendah. Akan tetapi
hendaknya jangan melupakan tekanan dan temperatur gas pembakarannya karena hal
tersebut akan menyangkut persoalan pendinginan, konstruksi, kekuatan material
serta umurnya. Untuk mencegah terjadinya tekanan maksimum yang terlalu tinggi
ada kecenderungan untuk menggunakan perbandingan kompresi yang sekaligus
memperingan start mesin. Karena supercharger dapat memasukkan udara
lebih banyak, dapat diharapkan pembakaran menjadi lebih baik dan gas buangnya
lebih bersih. Kiranya perlu pula diperhatikan, campuran bahan bakar yang lebih miskin
akan memperkecil pemakaian bahan bakar spesifik. Kini banyak motor diesel yang
semula dirancang untuk bekerja tanpa supercharger
diperlengkapi dengan supercharger
untuk mencapai tujuan tersebut di atas.
Udara
atmosfer masuk ke dalam kompresor, mengalami proses kompresi sehingga
tekanannya naik. Kompresor digerakkan oleh turbin dan hal ini dapat dilihat
pada adanya poros yang menghubungkan rotor kompresor dan rotor turbin yang
digerakkan oleh gas buang motor bakar torak yang menggunakan turbo-supercharger tersebut. Udara yang keluar dari kompresor mengalir ke
dalam saluran isap motor, melalui penyemprot bahan bakar yang selanjutnya udara
mengalir ke dalam silinder.
Apabila
motor dirancang untuk mencapai efisiensi maksimum pada daerah pembebanan
tinggi, maka pada pembebanan rendah daya dan efisiensinya turun karena
pembakaran kurang sempurna. Pada beban rendah, gas buang yang terjadi tidak
cukup kuat untuk menggerakkan turbo-supercharger, atau pada kondisi baban
rendah tidak diperlukan supercharger,
maka gas buang dapat dibuat tidak (semuanya) melalui turbin dengan mengatur
pembukaan katup simpang tersebut dapat disesuaikan dengan katup gas. Apabila katup
gas terbuka penuh, katup simpang tertutup. Demikianlah, turbo-supercharger harus
cocok dan terpadu dengan motor yang menggunakan, sesuai dengan tujuan
penggunaannya untuk memenuhi kebutuhan
daya, daerah putaran, karakteristik momen putar, tingkat emisi gas buang,
pemakaian bahan bakar spesifik, ketahanan, berat, ukuran, suara, dan beberapa
parameter pilihan lain yang diinginkan.
2.8 Statika
Statika adalah ilmu yang mempelajari
tentang statika dari suatu beban terhadap gaya-gaya dan juga beban yang mungkin
ada pada bahan tersebut. Dalam
ilmu statika keberadaan gaya-gaya yang mempengaruhi sistem menjadi suatu obyek
tinjauan utama.
a.
Gaya luar.
Adalah
gaya yang diakibatkan oleh beban berasal dari luar sistem yang pada umumnya
menciptakan kestabilan konstruksi.
![]() |
Gambar 2.12 Sketsa prinsip statika kesetimbangan
Jenis bebannya dibagi menjadi
:
1. Beban hidup adalah beban sementara dan
dapat dipindahkan pada konstruksi.
2. Beban mati adalah beban yang tetap dan
tidak dapat dipindahkan pada konstruksi.
3. Beban terpusat adalah beban yang bekerja
pada suatu titik.
4. Beban terbagi adalah beban yang terbagi
merata sama pada setiap satuan luas.
5. Beban terbagi variasi adalah beban yang
tidak sama besarnya tiap satuan luas.
6. Beban momen adalah hasil gaya dengan jarak
antara gaya dengan titik yang ditinjau.
7. Beban torsi adalah beban akibat puntiran.
b.

Gaya dalam.

Gambar 2.13 Sketsa gaya dalam
Gaya dalam dapat dibedakan
menjadi :
1.
Gaya normal (Normal force)
adalah gaya
yang bekerja sejajar sumbu batang.
2.
Gaya lintang/geser (Shearing force)
adalah gaya yang
bekerja tegak lurus sumbu batang.
3.
Momen lentur (Bending moment).
Persamaan kesetimbangannya
adalah :
- Σ
F = 0 atau Σ Fx = 0
Σ Fy = 0 (tidak ada gaya resultan yang bekerja pada suatu benda)
- Σ
M = 0 atau Σ Mx
=
0
Σ My = 0
(tidak ada momen resultan yang bekerja pada suatu benda)
c.
Reaksi.
Reaksi adalah gaya lawan yang timbul akibat adanya beban.
Reaksi sendiri terdiri dari :
1.
Momen
Momen (M)
= F x s
di mana M = momen (N.mm).
F = gaya (N).
s = jarak
(mm).
2.
Torsi
3.
Gaya
d.
Tegangan (Stress).
Umumnya, gaya yang bekerja pada luas yang kecil
takberhingga sebuah potongan, akan terdiri dari bermacam-macam besaran arah.
Dalam mekanika bahan diperlukan penentuan intensitas dari gaya-gaya ini dalam
berbagai bagian potongan, sebagai perlawanan terhadap deformasi sedang
kemampuan bahan untuk menahan gaya
tersebut tergantung pada intensitas ini. Dalam praktek keteknikan biasanya intensitas gaya diuraikan menjadi
tegak-lurus dan sejajar dengan irisan yang diselidiki. Intensitas gaya yang
tegak-lurus atau normal terhadap irisan disebut tegangan normal (normal stress). Di pihak lain, tegangan
normal yang mendorong potongan disebut tegangan tekan (compressive stress). Sedangkan tegangan normal yang bekerja
sejajar dengan bidang dari luas
elementer disebut tegangan geser (shearing
stress). (E.P. Popov : 1996)
σ =
dan τ = 


Keterangan :
σ = tegangan
tekan (N/mm2).
τ = tegangan geser (N/mm2).
F = gaya (N).
A = luas penampang (mm2).
e.
Tumpuan
Dalam ilmu
statika tumpuan dibagi atas :
1.
Tumpuan rol
Tumpuan ini
dapat menahan gaya pada arah tegak lurus penumpu, biasanya penumpu ini
disimbolkan dengan :
![]() |
Gambar 2.14 Sketsa reaksi tumpuan rol
2.
Tumpuan sendi
Tumpuan ini dapat menahan gaya
dalam segala arah
![]() |
Gambar 2.15 Sketsa reaksi tumpuan sendi
3.
Tumpuan jepit
Tumpuan ini
dapat menahan gaya dalam segala arah dan dapat menahan momen.
![]() |
Gambar 2.16 Sketsa reaksi tumpuan jepit
f.
Diagram gaya dalam.
Diagram gaya
dalam adalah diagram yang menggambarkan besarnya gaya dalam yang terjadi pada suatu
konstruksi. Macam-macam diagram gaya
dalam itu sendiri adalah sebagai berikut :
1. Diagram gaya normal (NFD = Normal Force Diagram), diagram yang menggambarkan besarnya gaya normal yang terjadi
pada suatu konstruksi.
2. Diagram gaya geser (SFD = Shearing Force Diagram), diagram yang menggambarkan
besarnya gaya geser yang terjadi pada suatu konstruksi.
3. Diagram momen (BMD = Bending Moment Diagram), diagram yang menggambarkan
besarnya momen lentur yang terjadi pada suatu konstruksi.
2.9 Perhitungan Baut
Beban Tegak Lurus Terhadap
Sumbu Baut.


Gambar 2.17 Beban tegak lurus terhadap sumbu baut
Pada gambar diatas baut
menerima baban geser langsung (Ws),
sehingga :

Selain itu,
baut juga menerima beban tarik karena momen putar (Wt2). Berat yang menerima beban tarik tersebut adalah :

Karena
baut menerima beban kombinasi, maka beban kombinasi/ekivalen ditentukan dengan
:
-
Beban tarik eksentrik (Wte)

-
Beban geser eksentrik (Wse)

Setelah diketahui Ws, Wt2, Wte
dan Wse, maka dapat
dihitung jenis baut yang digunakan yaitu dengan menggunakan rumus :

ghgs
Keterangan :
Ws = Baban geser langsung
W = Beban pada baut per satuan jarak dari tumpuan
karena momen puntir,
Wt2=Wt = Beban tarik karena momen putar
n = Jumlah baut s
Wte = Beban tarik eksentrik
Wse = Beban geser eksentrik
σt = Tegangan tarik ijin
σs =
Tegangan geser ijin
π = 3.14
dc = Diameter minor/core diameter
d = Diameter mayor dari baut
Komentar
Posting Komentar