Mesin Bensin

MOTOR BENSIN

1.    Pendahuluan
Motor bensin yang menggerakkan mobil penumpang, truk, sepeda motor, skuter dan jenis kemdaraan lain dewasa ini merupakan perkembangan dan perbaikan mesin yang sejak semula dikenal sebagai motor otto. Motor tersebut dilengkapi dengan busi dan karburator. Busi menghasilkan loncatan bunga api listrik yang menyalakan campuran bahan bakar dan udara segar di dalam ruang bakar, oleh karena hal tersebut motor tersebut cendurung disebut Spark Ignition Engine.
Karburator adalah sebuah komponen dari motor bendin yang merupakan tempat pencampuran bahan bakar dengan udara. Pencampuran tersebut terjadi karena bahan bakar terhisap masuk atau disemprotkan ke dalam arus udara segar yang masuk ke dalam karburator.
Campuran bahan bakar dan udara segar yang terjadi itu sangat mudah terbakar. Camburan bahan bakar dan udara tersebut masuk kedalam silinderyang dinyalakan oleh loncatan api listrik dari busi pada saat menjelang akhir langkah kompresi.
Di dalam siklus Otto (ideal) pembakaran tersebut dimisalkan sebagai pemasukan panas pada volume konstan.

2.    Sistem Penyalaan
Untuk dapat membangkitkan loncatan api listrik antara keduaelektroda busi diperlukan perbedaan tegangan yang cukup besar. Besarnya tegangan tersebut bergantung pada beberapa faktor berikut :
·      Perbandingan campuran bahan bakar dan udara,
·      Kepadatan campuran bahan bakar dan udara,
·      Jarak antara keduan elektrode serta bentuk elektrode busi,
·      Jumlah molekul campuran yang terdapat di antara kedua elektrode, dan
·      Temperatur campuran dan kondisi operasi yang lain.
Perbandingan campuran bahan bakar dan udara dapat berkisar antara 0.006 – 0,12. Untuk menyalakan campuran bahan bakar dan udara yang miskin diperlukan perbedaan tegangan yang relatif lebih besar daripada untuk campuran yang kaya.
 
Gambar di bawah menunjukkan hubungan antara tegangan yang diperlukan dengan perbandingan campuran bahan bakar dan udara. Secara kualitas hal tersebut dilukiskan seperti pada Gb. 1.








Gb. 1 Hubungan antara perbandingan campuran bahan bakar dan udara dengan tegangan yang diperlukan oleh busi.

Sistem penyalaan pada kebanyakan kendaraan bermotor Otto dapat memberikan energi penyalaan sebesar 20 mJ. Pada umumnya disediakan tegangan yang lebih besar untuk menjamin agar selalu terjadi loncatan api listrik dalam segala keadaan, misalnya antara 10.000 – 20.000 volt. Hal ini mengingat uga kondisi operasi yang dapat berubah-ubah sebagai akibat dari keausan mesin yang tidak dapat dihindari. Semakin padat campuran bahan bakar dan udara semakin tinggi tegangan yang diperlukan untuk jarak elektrode busi yang sama. Karena itu diperlukan tegangan yang lebih tinggi untuk motor dengan perbandingan kompresi yang besar. Terutama apabila tekanan campuran bahan bakar dan udara yang masuk kedalam silinder tersebut tinggi dan loncatan api listrik ditentukan pada waktu torak berada lebih dekat pada TMA (Titik Mati Atas).
Semakin besar jarak elektrode busi maka semakin besar pula perbedaan tegangan yang diperlukan untuk mendapatkan intensitas api listrik yang sama. Jumlah minimum molekul yang harus ada di antara kedua elektrode busi pada waktu terjadi loncatan api listrik sangat menentukan apakah penyalaan yang terjadi di dalam ruang pembakaran terjadi dengan sabik-baiknya.
Karena jumlah molekul banyak bergantung pada perbandingan campuran jumlah gas, temperatur, dan kondisi operasi lain, jelas jumlah tersebut dapat berubah-ubah. Dengan memperbesar jarak elektrode kita harapkan jumlah minimum tersebut dapat tercapai walaupun keadaad operasinya berubah-ubah. Akan tetapi, jarak elektrode juga menentukan besarnya tegangan. Dan tengan yang terlalu tinggi tidak menguntungkan. Tegangan yang tinggi memerlukan kabel listrik yang diisolasi secara baik dan cermat sehingga harganya akan menjadi lebih mahal.
Intensitas loncatan api listrik juga ditentukan oleh jarak antara kedua elektrode busi. Jarak elektrode yang optimal adalah 0,6 – 0,8 mm. Salain itu penentuan tempat busi di dalam ruang bakar juga sangatlah penting. Loncatan Api listrik tidak boleh terjadi di tempat lain kecuali terjadi diantara kedua leketrode dari busi, penempatan yang terbaik untuk busi adalah di dekat kepala katup hisap. Akan tetapi ditinjau dari dari kemungkinan terjadinya detonasi (suara mirip ketukan), sebaiknya busi di tempatkan pada bagian terpanas, misalnya dekat dengan katup buang. Hasil kompromi kedua pertimbangan tersebut menentukan tempat busi di runag bakar.
 
Gambar di bawah menunjukkan skema sitem penyalaan yang konvensional. Sistem ini terdiri dari sebuah baterai sebagai sumber energi listrik, kontak penyalaan, tahanan (tidak terlalu diperlukan), distributor (yang di dalmnya terdapat kontak pemutus arus, kam, kondensor, rotor dan alat pengatur penyalaan), busi, serta kabel-kabel tegangan tinggi dan rendah.







Gb. 2 Sistem penyalaan baterai
a.       Kumparan
Kumparan penyalaan terdiri dari dua bagian yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder. Kumparan primer mengandung kurang lebih 100 sampai 180 lilitan (Np) kawat tembaga halus, kumparan sekunder mengandung kurang lebih 18.000 lilitan (Ns) kawat tembaga yang bediameter lebih kecil. Pada umumnya Ns /Np berkisar antara 100 sampai 130 tetapi ada juga antara 200-250 jika dipergunakan transistor sebagai pengganti pemutus arus (dengan Np yang lebih kecil).
b.      Tahanan (R)
Tahan R pengatur arus primer agar jangan naik terlau tinggi. Adakalanya sipasang tahanan yang peka terhadap perubahan temperatur yaitu bertambah besar jika temperatur naik. Kegunaannya adalah mencegah arus primer yang terlu besar pada putaran yang rendah, yaitu pada titik kontak penutup arus menutup dalam waktu yang relatif lama. Tahanan R juga dapat diatur jangan sampai terlalu rendah pada temperatur yang sangat rendah karena dapat mengakibarkan arus primer menjadi terlau besar.
c.       Kam
Kam yang berputar bersama-sama dengan dengan rotor tugasnya membukan dan menutup pemutur arus. Kecepatan putarannya pada mesin 2-langkah sam dengan kecepatan putaran putaran poros engkol, sedangkan untuk mesin 4-langkah adalah sama dengan kecepatan ½ putaran dari poros engkol.
d.      Rotor
Rotormembagi arus dari kumparan dari kumparan sekunder ke setiap busi secara bergiliran.
e.       Kondensor
Kondensor mempercepat pemutusan arus primer pada waktu pemutus arus berada dalam keadaan terbuka serta mencegah terjadinya loncatan api listrik pada kontak pemutus arus.
f.       Busi
Busi merupakan tempat terjadinya loncatan api listrik dengan adanya perbedaan tegangan yang terjadi di antara kedua elektorda dari busi tersebut dengan tegangan diantara 10.000 – 20.000 volt.
g.      Kabel tengan tinggi dan tegangan rendah
Kabel tegangan tinggi sangat diperlukan untuk menjamin kelancaran aliran arus tegangan tinggi dari sisi sekunder dari kumparan penyalaan sampai dengan busi, kabel tegangan tinggi harus memiliki daya isolasi yang baik.Dalam sistem penyalaan baterai kabel tegangan rendah dipergunakan untuk menghubungkan komponen-komponen yang bertegangan rendah/sesuai dengan daya dari sumber tenaga.
Cara kerja sistem penyalaan itu adalah sebagai berikut (Gb. 1 dan 2). Pada waktu start, kontak penyalaan dalam keadaan tertutupsedangkan kam dan rotor berputar sesuai dengan putaran mesin. Pada saat pemutus arus menutup, arus listrik dari baterai mengalir melalui kumparan primer P dan membangkitkan medan magnet. Medan magnet ini memotong kumparan primer dan menginduksi back emf , yang menentang arus listrik baterai sehingga memperlambat kenaikankekuatan medan magnet itu sendiri (garis ABC pada gambar 3a). Dengan demikian arus primer dan kekuatan medan magnet yang maksimum sangat bergantung pada lamanya pemutus arusberada dalam keadaan tertutup, sehingga bergantung pada kecepatan dan kontur kam.
Pada waktu pemutus arus membuka, maka karena adanya kondensor, arus primer segera akan terputus. Kakuatan medan magnet-pun menurun, disusul oleh arus primer, yang semula memalui kontak pemutus arus, mengalir menuju kondensor bertambah (CE) tetapi segera menurun kembali (EF).
Terjadi arus bolak-balik dalam kumparan primer (CFGH dan seterusnya) yang mengubah energi magnet menjadi energi listrik di dalam kumparan sekunder. Timbul pula tegangan yang sangat tinggi antara 10-20 kV. Di dalam rangkaian sekunder seperti terlihat pada gambar 3b.
Sementara pada keadaan seperti di atas, kabel kumparan sekunder oleh rotor disambungkan dengan kabel ke busi. Seandaianya tidah ada kondensor, atau apabila kondensor rusak, maka pada waktu pemutus arus terbuka, arus primer tidak dapat diputuskan dengan cepat (Gb. 3a, garis CC`). Akibatnya loncatan api listrik akan terjadi anatar kontak pemutus arus; jadi, bukan di antara kedua elektrode busi. Campuran bahan bakar – udara yang berada di dalam ruang bakar tidak berhasil dinyalakan.


 
 











Gb. 3 Perubahan medan magnet di dalam kumparan penyalaan
Proses membuka dan menutup kontak pemutus arus adalah proses pukulan yang berlangsung berulang-ulang. Dengan sendirinya kontak tersebut harus dibuat dengan bahan yang kuat dan tahan terhadap temperatur yang tinggi (platina) agar jangan mudah rusak., terutam pada putaran rendah. Jarak antara kedua kontak pemutus arus pada saat terbuka penuh berkisar antara 0,4-0,6 mm. Kapasitas kondensor biasanya antara 0,20-0,25 μf.
Arus kumparan primer pada mesin putaran tinggi (dengan jumlah silinder lebih dari satu) dapat diperbesar jika waktu tertutupnya kontak pemutus arus diperpanjang. Misalnya dengan mempergunakan sistem dua kumparan penyalaan dan dua buah pemutus arus. Dapat juga dengan jalan memperbesar tegangan baterai dan tahanan R. Jadi, bisanya baterai bertegangan lebih tinggi diperlukan untuk mesin putaran tinggi (penggantian baterai 6 volt menjadi 12 volt). Alat pengatur saat penyalaan otomatik dipergunakan untuk memperoleh saat penyalaan yang tepat dan teliti pada setiap kecepatan dan keadaan beban.
Pada motor Otto, waktu kelambatan penyalaan (delay period yaitu waktu antara terjadinya loncatan api listrik pada busi dan saat mulai terjadinya nyala pembakaran) berkisar antara 15-40 derajat engkol atau 1,7-4,5 ms pada putaran 1500 rpm. Waktu kelambatan penyalaan boleh dikatakan konstan. Oleh karena itu semakin tinggi kecepatan mesin, saat penyalaan itupun harus diajukan untuk memberikan waktu pembakaran yang sama.
Hal ini disebabkan karena pembakaran (oleh loncatan listrik) meminta gerakan torak yang lebih panjang atau sududt engkol yang lebih besar pada putaran poros yang lebih tinggi. Alat pengatur saat penyalaan sebagai fungsi kecepatan dinamai centrifugal advancer.
Disamping itu, saat penyalaan harus diajukan dan dipercepat apabila mesin bekerja pada daerah beban rendah (part-loadoperation), yaitu keadaan operasi ketika katupgas tidak terbuka penuh atau pada waktu mesin bekerja dengan campuran bahan bakar dan udara yang miskin. Campuran bahan bakar dan udara yang miskin tidak cepat terbakar, sehingga memerlukan waktu yang lebih lama. Untuk hal ini dipakai alat pengatur saat penyalaan sebagai fungsi tekanan (vakum) salurah hisap yang dikenal dengan nama vacuum advancer.
 
Untuk memperoleh putaran rendah dalam keadaan tanpa beban, saat penyalaan itu harus diperlambat. Kedua alat penyalaan itu pada umumnya dipergunakan dalam sistem penyalaan motor bensin. Prestasi motor bensin yang menggunakan alat tersebut dapat dilihat pada Gb 4.







Gb. 4 Pengaruh centrifugal advancer dan vacuum advancer
Untuk memperoleh daya yang maksimum dari suatu operasi hendaknya penyalaan diatur sedemikian rupa sehingga tekanan gas maksimum terjadi pada saat torak berada sekitar 15-20 derajat engkol sesudah TMA. Jadi, penyalaan yang baik bergantung pada kecepatan perambatan nyala, jarak perambatan nyala maksimum, dan kecepatan poros engkol.
Keterangan di atas ialah mengenai sistem penyalaan yang konvensional. Usaha menyempurnakan sistem ini menyangkut mekanisme pemutus arus. Tantangan tersebut terutama timbul karena adanya keinginan untuk menuju motor dengan perbandingan kompresi dan kecepatan yang tinggi. Salah satu usaha penting untuk dipertimbangkan salah memanfaatkan transistor sebagai pengganti pemutus arus dan kondensor.
Beberapa konsep sistem penyalaan dengan transistor terlihat pada Gb. 5 dan 6.
 
 







 
Gb. 5 Skema sistem penyalaan dengan ``ransistor Assisted Contact`






Gb. 6 Skema sistem penyalaan dengan `Pulse Actuated Transistor`

Sistem Magnetto. Setelah kita membicarakan sistem penyalaan dengan baterai sebagai sumber energi listrik, berikut ini akan diterangkan sistem penyalaan magneto tanpa baterai (Gb. 7)
 
 








Gb. 7 Skema sistem magnetto tegangan rendah, dua kutub.
Medan magnet di dalam teras kumparan primer dan sekunder dibangkitkan oleh putaran magnet permanen. Apabila magnet berputar, medan magnet yang dibangkitkan di dalam teras akan berubah-ubah dari harga maksimum positif menuju maksmum negatif dan sebaliknya.
Pada waktu medan magnet turundan harga maksimum positif, terinduksilah tegangan dan arus bolah balik di dalam kumparan primer.Arus primer ini membangkitkan medan magnet pula yang menentang perubahan medan magnet dari magnet yang berputar. Dengan demikian medan magnet (total) yang menyelubungi kumparan primer tetap konstan (tingi) meskipun besarnya medan magnet di dalam terus turun. Pada waktu magnet permanen berputar menjauhi kutup terasnya, pada saat mencapai kedudukan tertentu arus primer mancapai harga maksimum. Akan tetapi pemutus arus akan segera terbuka sehingga arus primer itupun terputus. Di dalam kumparan sekunder akanterinduksi tegangan tinggi sehingga terjadi loncatan api listrik di antara keduan kutup elektrode busi.
Sistem penyalaan magneto ini merupakan sistem penyalaan yang sangat efisien, dapat diandalkan dan sangat cocok untuk mesin pesawat terbang. Krena tidak memerlukan baterai, sistem penyalaannya ini dapat diapakai pada mesin berukuran kecil. Sistem penyalaan magneto juga memenuhi persyaratan yang diperlukan oleh mesin putaran tinggi karena arus primernya bertambah besar sejalan dengan putaran magnet primernya. Akan tetapi pada putaran rendah arus primer sangat rendah sehingga untuk mengatasi hal tersebut (terutama pada saat start) pada umumnya diperlukan bantuan baterai atau starter yang baik.
Pengaturan saat penyalaan pada sistem penyalaan magneto relatif lebih sukar daripada sistem penyalaan baterai. Sebabnya adalah karena kontak pemutus arus harus terbuka pada posisi tertentu dari magnet permanen. Tetapi, karena pada magnet permanen itu dipasng pada poros engkol, salah satu kemungkinan untuk mengubah saat penyalaan adalah dengan cara mengubah (memutar) posisi magnet tersebut relatif terhadap poros engkol.
Busi
Gb. 8 memperlihatkan sebuah busi sedangkan Gb. 9 memperlihatkan kedudukannya dalam mesin. Kedua elektroda dipisahkan oleh isolator listrik agar loncatan listrik hanya terjadi di antara ujung-ujung elektrode saja. Bahan isolator ini harus memiliki :
·         Tahanan listrik yang baik,
·         Tidak rapuh terhadap kejutan mekanik dan thermal,
·         Merupakan konduktor panas yang baik, dan
·         Tidak bereaksi kimia dengan gas hasil pembakaran.
Dahulu banyak digunakan keramik dan mika. Tetapi keramik sangatlah rapuh mudah rusak, dan beraksi dengan gas pembuangan yang mengandung timah hitam. Mika harganya mahal dan tidak mudah didapatkan dengan jumlah yang banyak. Di samping itu mudah berubah bentuknya setelah mengalami pemanasan yang melampaui batas. Oleh karena itu, kini banyak digunakan islolator dari aluminium dan oksida silikon.
 
Karena selalu dipasang pada dinding ruang bakar, busi tersebut menjadi panas setelah mesin berjalan cukup lama. Maka busi harus dibuat dari bahan yang tahan temperatur tinggi supaya jangan cepat rusak, dan jangan menjadi terlalu panas, sehingga mengganggu proses pembakaran.







Gb. 8 Konstruksi busi
Keterangan gambar :
1.      Bagian ulir busi
2.      Lokasi
3.      Paduan nike
4.      Paduan alumina
5.      Bagian ini kososng atau berisi tahanan
6.      Paking datar atau kerucut
7.      Celah elektrode
Khusus elektrodenya harus dibuat dari logamyang selain taham terhadap temperatur yang tinggi, mempunyai konduktivitas yang baik serta tahan erosi dan korosi, misalnya logam campuran kromium-barium; atau campuran logam platinum dengan tungsten atau isridium.
Busi hendaknya didinginkan dengan baik untuk mencegah penyalaan campuran bahan bakar dan udara sebelum waktunya. Akan tetapi apabila isolator listrik dan elektrode terlalu dingin mudah terjadi kerak yang mengisi sela kedua elektrode dan menghalangi terjadinya loncatan api listrik.
Sebaliknya jika terlalu panas isolator listrik itu cepat rusak, atau membangkitkan penyalaan sebelum waktunya (prematur), sebelum terjadi loncatan api listrik antara kedua elektrode busi. Jadi, hendaknya busi didinginkan sampai temperaturya cocok dengan kondisi operasinya. Temperatur busi tergantung pada luas bidang isolator yang berhadapan dengan gas panas, posisi elektrode terhadap ruang bakar, serta lintasan perpindahan kalor dari ujung elektrode dan isolator ke fluida pendingin.
Bedasarkan hal di atas, busi dapat dibagi dalam dua kelompok besar yaitu busi dingin dan busi panas (Gb. 9)
 
 







Gb. 9 Busi panas dan busi dingin. Tanda panah menunjukkan jalan perpindahan kalor dari elektrode yang panas ke fluida pendingin.

Kondidi operasi mesin menentukan busi mana yang baik untuk digunakan. Untuk mesin dengan tekanan efektif rata-rata dan putaran tinggi maka sebaiknya dipergunakan busi dingin untuk mencegah penyalaan prematur, terutama pada mesin daya tinggi. Dalam usaha melindungi ujung elektorde dari panas pembakaran dapat digunakan extended, standard dan retracted-electrodes (Gb. 8), Busi yang menggunakan elektrode extended, standard dan retracted-electrodes adalah juga berturut-turut busi dingin,sedang dan busi panas.

3.    Sistem Bahan Bakar
Pada motor bensin kita selalu mengharapkan bahwa bahan bakar – udara yang masuk ke dalam ruang bakar telah bercampur dengan baik sebelum dilakukan proses pemampatan dan dinyalakan oleh loncatan api listrik busi. Banyak untuk cara memperoleh campuran yang baik tersebut, salah satunya adalah memempatankan sebuah karburator yang berfungsi untuk mencampur bahan bakar dan udara yang kemudian masuk ke runag bakar.
 
 








Gb. 10 Skema suatu sistem penyaluran bahan bakar
Pompa bahan bakar (biasanya jenis positive displacement) mengalirkan bahan bakar dari tangki bahan bakar ke karburator untuk memenuhi jumlah bahan bakar yang harus tersedia di dalam karburator. Pompa ini terutama dipakai apabila letak tangki bahan bakar lebih rendah daripada karburator.
Untuk mebersihkan bahan bakar dari kotoran yang mengganggu aliran atau menyumbat saluran bahan bakar, terutama saluran di dalam karburator dipergunakan saringan. Sebelum masuk ke dalam silinder, udara mengalir melalui karburator yang engatur pemasukan, pencampuran, dan pengabutan bahan bakar ke dalam arus udara sehingga diperoleh perbandingan campuran yang sesuai dengan keadaan bebap dan kecepatan poros engkol atau kendaraan.
 
Penyempurnaan pencampuran bahan bakar dan udara tersebut berlangsung, baik di dalam saluran isap maupun di dalam silinder sebelum campuran itu terbakar. Campuran tersebut haruslah homogen serta perbandingannya sama untuk setiap silinder. Campuran kaya diperlukan dalam keadaan tanpa beban dan beban penuh, sedangkan campuran yang miskin di gunakan dalam keadaan operasi normal.







Gb. 11 Gambar sebuah karburator sederhana
(a) Katup gas dalam keadaan tertutup, tanpa beban
1. Udara atmosfer
2. Saluran bahan bakar tanpa beban
3. Pelampung
4. Bahan bakar masuk dari tangki
5. Campuran bahan bakar dan udara melalui saluran isap
6. Saluran ventilasi tanpa beban
7. Saluran udara tanpa beban
8. Sekrup pengatur tanpa beban
9. Saluran campuran tanpa beban
10. Cadangan tanpa beban
11. Orifis pengatur tanpa beban
12. Nosel tanpa beban
13. Katup gas
 
 









(b) Katup gas terbuka penuh
1. Udara atmosfer
2. Tabung tekan
3. Pelampung
4. Bahan bakar masuk
5. Orifis pengatur bahan bakar
6. Campuran bahan bakar dan udara melalui saluran isap
7. Nosel
8. Venturi
9. Katup gas
Banyak jenis karburator yang dapat dipergunakan, masing-masing dengan konstruksi yang sesui dengan tuhjuan penggunaannya, sesuai dengan prestasi mesin yang akan digunakan, serta sesuai dengan selera atau keinginan perancangnya. Pada umumnya sebuah karburator diperlengkapi dengan choke, yaitu sebuah katup udara yang dipasng diantara saringan udara dan venturi. Katup udara berfungsi membati aliran udara masuk ke dalam silinder. Jika katup udara tersebut ditutup, aliran udara akan berkurang sehingga dapatlah diperoleh perbandingan campuran baham bakar dan udara yang lebih kaya. Hal ini terutama diperlukanpada waktu menghidupkan (start) ,esin dalam keadaan dingin. Disamping itu, dalam keadaan tanpa beban dan pada putaran rendah, yaitu pada waktu katup gas ada dalam posisi hampir tertutup, besar kemungkinan bahan bakar tidak mengalir melalui kerongkongan nosel (venturi). Maka karburator perlu dilengkapi dengan orifis tanpa beban dan/atau nosel tanpa beban serta sekrup pengatur.
Dengan sekrup pengatur kita dapat mengatur kecepatan putaran mesin yang sebaik-baiknya pada keadaan tanpa beban. Karburator mesinj kendaraan biasa juga dilengkapi dengan pompa akselerasi yaitu sebuah alat untuk memasukkan sejumlah bahan bakar tambahan (untuk memperoleh campuran bahan bakar dan udara kaya) pada waktu katup gas dibuka dengan tiba-tiba; misalnya, untuk mempercepat jalannya kendaraan pada waktu hendak menyusul kendaraan lain.
Karburator dengan ruang pelampung (yang lazim) merupakan salah satu jenis yang sangat sederhana jika dipandang dari segi komponennya yang tidak banyak menggunakan bagian bergerak; jadi, tidak banyak ,e,erlukan bantalan. Oleh karena itu perawatannya mudahdan sederhana. Namun demikian, ada cara lain untuk memasukkan bahan bakar ke dalam arus udara itu. Misalnya, dengan  menyemprotkan bahan bakr (dengan tekanan) ke dalam arus udara seperti banyak digunakan pada mobil pada mobil balap, terutama untuk memperoleh daya yang sebesar-besarnya. Kerburator semacam ini dinamai Injection carburator.
Injection carburator juga digunakan pada mesin pesawat terbang. Untuk penerbangan akrobatik, pesawat terbang tidak dapat menggunakan karburator dengan pelampung. Disamping itu perlu diadakan pencegahan agar uap udara atmosfer tidak membeku pada venturi atau katup gas, sebagai akibat menguapnya bahan bakar di dalam daerah tersebut. Pwmbentukan es pada katup gas atau venturi akan mengambat atau menghalangi masuknya udara, sehingga sangat mebahayakan.
Sudah barang tentu injection carburator jauh lebih mahal daripada karburator yang lazim. Pemasukan bahan bakar dapat dilakukan di beberapa tempat sesudah (dekat) katup gas, dekat katup isap, tetapi juga dapat disemprotkan ke dalam silinder seperti pada motor Diesel (stratified charge engine).
Berikut ini diberikan contoh sistem penyemprotan bahan bakar secara elektronik. Seperti sebelumya, bahan bakar dapat dimasukkan ke dalam aliran udara dengan penyemprot bahan bakar. Skema sebuah sistem penyemprotan bahan bakar (elektronok) dapat dilihat pada Gb. 12.
Penyemprot bahan bakar dipasang pada saluran isap, dekat dengan katup isap. Jumlah bahan bakar yang dimasukkan tergantung dari lama pembukaan katup penyemprot. Maka hanya ada dua kedudukan katup yaitu buka dan tutup. Aliran bahan bakar tersebut terjadi karena kerja pompa, dan diatur supaya bertekanan konstan (2-3 kg/cm2). Pengaturan tekanan bahan bakar dilakukan oleh alat pengatur tekanan bahan bakar, yaitu menutup membuka sebuah katup pipa bahan bakar dengan bantuan tekanan vakum. Pada sistem ini digunakan sebuah unit kontrol yang mengatur jumlah bahan bakar yang dimasukkan secara aoutomatik (elektronis). Jumlah bahan bakar yang dimasukkan adalah fungsi dari :
a.       Jumlah udara masuk motor (sensor tekanan udara masuk)
b.      Temperatur udara (sensor temperatur udara atmosfer;untuk start)
c.       Temperatur sislinder ( sensor temperatur)
d.      Pembukaan katup gas (sensor simpangan)
e.       Putaran motor (sensor distributor)
f.       Perbandingan udara dan bahan bakar (sensor oksigen dalam gas buang; sensor lambda)
 
 










Gb. 12 Skema sistem penyemprot bahan bakar motor Otto secara elektronik dengan pengontrolan aliran udara (air flow control)
Keterangan gambar :
1.         Tangki bahan bakar
2.         Saringan bahan bakar
3.         Pompa bahan bakar
4.         Katup start dingin
5.         Penyemprot
6.         Sensor temperratur
7.         Silinder
8.         Distributor
9.         Koil penyalaan
10.     Unit kontrol
11.     Sakelar katup gas
12.     Sensor udara masuk
13.     Resistor
14.     Saluran isap
15.     Sakelar waktu
16.     Pengatur tekanan bahan bakar
17.     Pengatur udara tambahan
18.     Udara
19.     Ke relai pompa
 
Dalam keadaan dingin, dimana diperlukan campuran kaya untuk start, sakelar thermal akan membuka katup start dingin (±3 – 10detik). Dengan sistem ini diharapkan dapat dicapai penakaran bahan bakar yang tepat, sesuai dengan daya dan efisiensi yang diminta, serta dengan tingkat emisi gas buang yang rendah. Tekanan vakum yang tinggi, katup gas tertutup, dan jumlah udara masuk yang kecil menunjukkan kondisi deselerasi. Dalam keadaan tersebut katup penyemprot tertutup sehingga menghentikan aliran bahan bakar dan emisi gas buang. Demikian pula jika sensor oksigen pada saluran buang menunjukkan campuran kaya, unit kontrol akan mengurangi wajktu tutup katup penyemprot bahan bakar dalam keadaan terbuka, untuk mengurangi jumlah bahan bakar yang dimasukkan. Gambar penyemprot bahan bakar dan alat pengatur tekanan bahan bakar dapat dilihat berturut-turut pada gambar di bawah.







 
Gb. 13 Penyemprot bahan bakar dilengkapi dengan katup buka tutup. Apabila katup jarum terangkat (oleh gaya elektromagnetik) lubang penyemprot terbuka dan bahan bakar masuk ke dalam silinder.









Gb. 14 Pengatur tekanan mempertahankan bahan bakar konstan dengan jalan mengembalikan kelebihan bahan bakar ke dalam tangki bahan bakar.

4.    Bahan Bakar dan Proses Pembakaran
Campuran bahan bakar dan udara di dalam silinder motor bensin harus seuai dengan syarat busi di atas, yairu jangan terbakar sendiri. Ketika busi mengeluarkan api listrik, yaitu pada saat beberapa derajat engkol sebelum torak mencapai TMA, campuran bahan bakar dan udara di sekitar itulah yang mula-mula terbakar. Kemudian nyala api merambat kesegala arah dengankecepatan yang sangat tinggi (25-50 m/detik), menyalakan campuran yang dilaluinya sehingga tekanan gas di dalam silinder naik, sesuai dengan jumlah bahan bakar yang terbakar.
Sementara itu campuran dibagian yang terjauh dari busi menunggu giliran untuk terbakar. Akan tetapi ada kemungkinan bagian campuran tersebut terakhir, karena terdesak oleh penekanan torak maupun oleh gerakan nyala api pembakaran yang merambat dengan cepat itu, temperaturnya dapat melampaui temperatur penyalaan sendiri sehingga akan terbakar dengan cepatnya (meledak). Proses terbakar sendiri dari bagian campuran yang terakhir (terjauh dari busi) dinamai detonasi. Gb. 15 menunjukkan peristiwa detonasi di dalam silinder motor bensin.
 
 








Gb. 15 Keadaan di dalam ruang bakar sebelum dan sesudah detonasi dari bagian campuran bahan bakar dan udara terakhir
Tekanan di dalam silinder tersebut dapat mencapai 130-200 kg/cm2, dengan frekuensi getaran mencapai 4000-5000 cps. Detonasi yang cukup berat menimbulkan suara gmelethik seperti bunyi pukulan palu pada dinding logam. Bunyi tersebut jelas terdengar pada mesin mobil atau sepeda motor. Akan tetapi pada mesin pesawat terbang jarang terdengar karena terkalahkan oleh bunyi gas pembakaran yang keluar dari mesin dan bunyi baling-baling.
Detonasi yang berulang-ulang pada waktu yang cukup lama dapat merusak bagian ruang bakar, terutama bagian tepi dari kepala torak tempat detonasi terjadi. Di samping itu detonasi mengakibatkan bagian runag bakar (misalnya busi atau kerak yang ada) sangat tinggi temperaturnya, atau pijar, sehingga dapat menyalakan campuran bahan bakar dan udara sebelum waktunya (pranyala). Pranyala ini serupa dengan penyalaan yang terlalu pagi. Jadi, jangan mengurangi daya dan efisiensi mesin, sedangkan tekanan maksimum gas pembakaranpun akan bertambah tinggi. Karena, detonasi (yang dhsyat) tidak dikehendaki dan harus dicegah. Seluruh campuran bahan bakar dan udara harus dinyalakan oleh nyala api yang berasal dari busi. Berikut beberap cara untuk mencegah detonasi :
1.        Mengurangi tekanan dan temperatur bahan bakar dan udara yang masuk ke dalam silinder,
2.        Mengurangi perbandingan kompresi,
3.        Merperlambat penyalaan,
4.        Memperkaya (yaitu menaikkan perbandingan) campuran bahan bakar dan udara atau mempermiskin (yaitu menurunkan perbandingan) campuran bahan bakar dan udara dari suatu harga perbandingan campuran (misalnya, f = 0.08) yang sangat mudah berdetonsai,
5.        Menaikkan kecepatan torak (atau poros engkol), untuk memperoleh arus turbulen pada campuran di dalam silinder yang mempercepat rambatan nyala api,
6.        Memperkecil diameter torak untuk memperpendek jarak yang ditempuh oleh nyala api dari busi ke bagian yang terjauh. Hal ini bisa juga dicapai jika dipergunakan busi lebih dari satu,
7.        Membuat konstruksi ruang bakar sedemikian rupa sehingga bagian yang terjauh dari busi mendapat pendinginan yang lebih baik. Caranya adalah dengan memperbesar perbandingan antara luas permukaan dan volume sehingga diperoleh ruang yang sempit. Apabila detonasi itu terjadi juga, hanyalah dalam bagian yang kecil (jumlahnya) sehingga tidak membahayakan.
Disamping itu busi di tempatkan dipusat ruang bakar yaitu antara katup  buang (bagian yang panas) dan katup isap (tempat kemungkinan besar terdapat campuran kaya). Beberapa jenis ruang bakar yang bias dipergunakan pada motor bensin dalapat dilihat pada gambar di bawah ini.

 
 












Gb. 16 Beberapa macam ruang bakar motor bensin
Keterangan gambar :
(a), (b)  Mesin berkendaraan bermotor (1965)
(c), (d)  Mesin kepala L dan F
(e)        Mesin pesawat terbang dan mobil balap
(f)        Mesin penguji bahan bakar CFR
(g)       Mesin kendaraan bermotor, dua langkah
Keperluan bilangan oktana dahan bakar untuk beberap jenis ruang bakar dapat dilihat pada Gb. 17. Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa jenis CIH (Chamber In Head) memerlukan bilangan oktana yang relatif rendah. CIH dapat berupa EX-CIH (Exhaust Valve Side Chamber In Head) atai IN-CIH (Intake Valve Side Chamber In Head), berturut-turut mengatakan bahwa katup buang atau katu isap ada dalam ruang bakar utama. Dari pengujian dapat diketahui bahwa imumnya EX-CIH menghasilkan momen putar dan efisiensi thermal lebih baik daripada IN-CIH. Gb. 18 menunjukkan skema runag bakar jenis EX-CIH.
 
 










 
Gb. 17 Keperluan bilangan oktana beberapa ruang bakar (Pustaka 15)









Gb. 18 Skema ruang bakar EX-CIH
8.        Menambahkan air kedalam udara yang masuk untuk menurunkan temperatur bagian campuran terakhir.

9.        Menggunakan bahan bakar dengan bilangan oktana yang lebih tinggi.

Komentar

Postingan Populer